FINAL EURO 2020, Football Come Home or To Rome?

FINAL EURO 2020, 
Football Come Home or To Rome? 

     Senin dini hari nanti ( 12/7) akan tersaji Partai final Euro 2020 antara Timnas Inggris berhadapan dengan Italia. Laga yang akan dilaksanakan di stadion kebanggaan Inggris, Stadion Wembley di London. Mengalahkan Italia yang menunggu di final menjadi kesempatan Inggris bila ingin merasakan menjadi juara Euro untuk pertama kalinya. Sementara Italia sudah satu kali juara pada tahun 1968 dari tiga kesempatan masuk final.

    Perjalanan Inggris sampai ke final dilalui dengan rekor yang bagus dan permainan yang memikat. Mengalahkan team unggulan Jerman di babak 16 besar dengan skor 2-0 dan di babak perempat final mampu mengunguli team kejutan Ukraina 4-0. Terakhir di semifinal, mereka mampu mengalahkan Denmark dengan permainan yang impresif, terorganisir dengan baik dalam bertahan maupun menyerang, sehingga team Denmark yang juga bermain ngotot fuull speed, bahkan harus mengerahkan empat penyerang sekaligus di lapangan, harus mengakui keunggulan Inggris 1-2.


    Sementara Italia juga datang ke Final dengan reputasi yang tak kalah mentereng, 33 kali belum terkalahkan sejak ditangani Roberto Mancini, meskipun disemifinal kemarin harus bersusah payah mengalahkan Spanyol lewat adu pinalti. Spanyol yang bermain dengan tiki taka yang lebih trengginas dari sebelumnya berhasil menekan keganasan serangan Italia. Italia yang seperti kereta cepat dari awal penyisihan, dipaksa oleh Spanyol untuk memgendurkan tarikan gasnya. Agresivitas para pemain italia dihambat, mereka terpaksa mengandalkan serangan balik cepat. 

    Walau begitu kualitas permainan bertahan dan menyerang Italia tetap berhasil dipertunjukan dalam semifinal melawan Spanyol walaupun Italia kalah jauh dalam penguasaan bola.. Trio gelandang mereka bisa disebut trio terbaik di dunia saat ini. Keahlian Marco Veratti memainkan bola, melihat peluang dan memberikan umpan-umpan terukur mampu membelah pertahanan lawan. Dibantu agresivitas Marco Barella yang punya passing yang bagus dan penetrasi yang mengagumkan. Keduanya dilindungi oleh Jorginho yang bermain tanpa ampun sebagai gelandang jangkar. Ketiga gelandang Italia memudahkan kinerja para striker italia mengobrak-abrik pertahanan lawan dan mencetak gol. frederico Chiesa, Lorenzo Insigne dan Cirro Immobille bermain saling mengisi di sepertiga akhir pertahanan lawan. Sementara di bagian belakang, duet proffessor bek dari Italia, Chiellini dan Bonucci masih solid dan sulit dikalahkan.


Inggris sudah menciptakan 10 Gol semenjak babak penyisihan dan akhirnya merasakan gawangnya kebobolan di semifinal. Berbagai formasi sudah digunakan oleh Gareth Southgate di Euro kali ini. Dari beberapa skema permainan yang sudah dicoba, formasi 4-2-3-1. Lebih cocok  untuk mereka karena mampu menciptakan keseimbangan yang lebih baik saat menyerang dan bertahan.

    Di belakang, Harry Maguire dan Josh Stones menggaransi ketangguhan pertahanan dibantu Kyle walker di kiri dan Luke Shaw di kanan. Double Vipot inggris, Kalvin Philips dan Declan Rice membuat transisi bertahan dan menyerang sama baiknya, keduanya mampu menjadi tembok pertama menahan gempuran musuh sebelum masuk area bertahan, dan menginisiasi serangan balik cepat untuk dimanfaatkan penyerang kelas wahid mereka, Raheem Sterling, Harry Kane, Mason Mount atau Jadon Sacho yang memiliki kecepatan dan keahlian meliuk-liuk dengan bola masuk kekotak pinalti lawan. Jangan lupa dibangku cadangan Inggris masih ada Jack Grealish, Marcus Rashford, Phill Fodden, Dominic Calvert Lewis, dan Bukayo Saka yang siap tampil bila penyerang utama mereka mati kutu di lapangan.

    Begitu banyaknya di skuad Inggris saat ini talenta-talenta muda berbakat yang menggaransi prestasi gemilang timnas Inggris di masa depan. Talenta-talenta muda mereka yang bertebaran di klub-klub liga profesional, baik yang sudah pernah mencicipi seragam timnas atau yang saat ini sedang menunggu kesempatan datang. 

   Pertarungan final akan berjalan menarik dengan tempo cepat. Aksi jual beli serangan akan terjadi seperti yang kita lihat dalam dua partai semifinal sebelumnya. Semua lini akan saling menguji dan di uji ketangguhannya. Kedua tim akan bermain dengan serangan cepat tersusun rapi dari belakang dan bereaksi cepat menutup area ketika bola dikuasai lawan. Kesalahan kecil yang dilakukan oleh pemain akan diganjar hukuman oleh lawan, satu kesalahan akan berakibat fatal dalam pertandingan sepenting ini. Hasil pertandingan ini akan ditentukan oleh siapa yang mampu memaksimalkan peluang sekecil mungkin dan tidak boleh melakukan kesalahan, fokus dari awal sampai akhir pertandingan.

   Apabila pertandingan waktu normal berakhir seri, kemungkinan akan terjadi adu pinalti. Dalam adu pinalti memang faktor kesiapan teknik dan mental pemain berperan. Namun jangan lupa faktor dewi keberuntungan juga besar. Melihat fenomena yang terjadi selama Euro 2020 ini, dewi fortuna hanya memberikan jatah sekali kepada setiap tim untuk menang dalam adu pinalti. Kita saksikan Swiss yang menang lawan Prancis, lalu kalah oleh Spanyol, dan akhirnya Spanyol pun harus kalah dari Italia. Besar kemungkinan bila terjadi adu pinalti maka Inggrislah yang akan menang karena jatah keberuntungan Italia sudah habis. 

    Selain itu sangat langka ada pelatih team nasianal sebuah negara dengan tradisi sepakbola Yang kuat akan langsung berjaya di turnamen besar perdananya. Di sepuluh edisi terakhir piala Eropa, hanya Vicente del Bosque yang langsung juara ketika memegang team nasional Spanyol di pengalaman perdananya . Gareth Southgate sudah mengalami kekalahan di semifinal piala dunia 2018. Apakah Roberto Mancini akan mengikuti jejak Vivente del Bosque?. 

    Faktor tuan rumah ternyata tidak menguntungkan Inggris, sejak tahun 1960, dari 15 turnamen yang sudah dilaksanakan, hanya tiga negara tuan rumah yang berhasil juara saat turmamen berlangsung di kandangnya, Spanyol 1964, Italia, 1968, dan Prancis 1984. Sisi baiknya buat Italia, Euro ke 16 ini Italia juga termasuk tuan rumah dan italia sudah pernah juara ketika menjadi tuan rumah. Apakah final ke empat Italia ini akan membawa Roberto Mancini membawa trophy ke Roma untuk kedua kalinya, atau mimpi "Football Come Home " Yang di gaungkan publik Inggris akibat minimnya prestasi mereka di turnamen besar akhirnya akan terwujud?. 

   Sepakbola memang permainan yang menegangkan dari awal sampai akhir, istilah bola itu bulat menggambarkan hasil pertandingan bukan hanya ditentukan oleh kesiapan mental, fisik, skill, dan strategi permainan saja, faktor mitos dan dewi fortuna juga mengambil peran dalam hasilnya. Anda percaya?. 

Komentar