*INFO PENTING TENTANG VAKSIN SINOVAC, EFEKTIF ATAU TIDAK ?*
Sebelumnya saya kasih info tentang vaksin, saya mau sharing sedikit pengalaman pribadi.
Tanggal 27 November 2020, saya mengantar teman ke rumah sakit untuk urusan bisnisnya yang memang bermain di alat kesehatan. Pagi itu saya berangkat dari kantor setelah tugas jaga malam. Memang terkadang di waktu libur saya sering dapat job jadi supir tembak hehehe..
Ternyata teman saya ini berapa hari terakhir memang sedang drop fisiknya, namun karena deadline penjualan harus diselesaikan maka ia terpaksa berangkat kerja. Tubuh saya yang habis jaga malam ternyata tidak kuat menahan angin yang berhembus sangat kencang sepanjang hari di area parkir rumah sakit.
Singkatnya kami berdua sampai rumah dalam kondisi demam yang sangat tinggi. Sehabis Isya saya langsung minum paracetamol, begitu juga jam dua pagi dan sehabis Shubuh, suhu badan saya langsung turun.
Esoknya habis Dzhuhur saya dapat kabar bahwa teman saya itu hilang kemampuan rasanya dan sedang test swab. Tentu saja saya menjadi parno, namun pikiran dan tubuh saya menolak virus covid sialan itu menyerang saya. Tiga hari saya gempur dengan parasetamol, diselingi vermint dan minum air lemon hangat tiap pagi dan sore, dan untunglah rumah saya menghadap matahari terbit, apalagi pekerjaan saya memang berpanas-panas ria.
Selama tiga hari itu saya tetap bisa menikmati makan, ngopi, merokok dan suhu tubuh normal. Untuk memastikannya saya ikut test swab, dan hasilnya negatif. Namun teman saya positip covid, dan langsung isolasi mandiri dirumah. (Sekarang sudah sembuh dan nornal kembali ).
Membaca ini otak anda mau protes " Tapi elo OTG, nularin yang lain," Bung ini udah lebih sebulan, istri dan lima anak saya sehat-sehat saja, bahkan saya punya bayi umur 3 tahun yang saat saya libur mulai tidur, mandi, makan bermain bareng sama saya. Dan saya juga sering nongkrong bareng siskamling sama warga komplek ngumpul di pos yang cuma ukuran 2 lembar triplek, alhamdulillah, mereka semua baik-baik saja sampai sekarang.
Intinya sih saya cerita ini berkait sama vaksin sinovac itu.
Menurut saya dari literatur-literatur kesehatan yang saya baca, bahwa yang menyembuhkan penyakit bukannya obat, tapi tubuh dan otak kita. Bila otak kita menyuruh tubuh kita melawan sampai menang maka tubuh akan merespon. Obat hanyalah stimulus supaya hormon-hormon tertentu lebih cepat aktif. ( udah nyambung kan sama cerita saya di atas) .
Nah kalau yang belum nyambung terpaksa saya agak jelasin lagi, saya memang membentuk diri saya dan anak- anak untuk tidak begitu saja menerima penyakit. Kalau saya merasa deman, saya ambil raket badminton dan pergi ke GOR, begitu juga anak- anak saya, tidak ada alasan sakit-sakit sedikit mereka tidak berangkat ke sekolah.
Alhamdulillah, yang tertua sudah 21 tahun, dam ke empat adiknya sampai sekarang tidak pernah harus pergi kedokter atau rumah sakit. Padahal beberapa diantara mereka yang semasa balita vaksinasinya tidak lengkap. Tapi semua tumbuh nornal dan sehat saja. Semua penyakit yang datang bisa diselesaikan dengan cara tradisional atau obat yang dijual bebas saja. Tentu saja di atas itu semua saya percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk saya dan keluarga.
Begitu banyak pemberitaan negatif tentang vaksin Sinovac, entah benar atau tidak saya tidak tahu, karena di jaman begini siapa saja bebas membuat opini di medsos, entah sumbernya benar atau tidak, main terusin aja, bahkan ada yang berani nyatut nama ahli segala, gampang toh..tinggal salin, tempel, edit sedikit, ckckck...
Tapi yang jelas pemberitaan negatif dibuat supaya kita yang membaca merasa ragu atau bahkan tidak percaya kepada vaksin tersebut. Rasa ragu dan tidak percaya itulah yang tertanam di otak kita sehingga tubuh tidak mampu merespon positif. Dan pastinya vaksin atau obat gagal total.
Saya bukan pendukung Jokowi tapi juga bukan anti pemerintah. Saya hanya bersikap netral dan mencoba menghargai orang yang sudah susah payah mengusir covid dari bumi persada ini. Jujur, saya tidak akan pakai vaksin Sinovac kalau harus bayar mahal. Kalau gratis saya mau, Tapi kalau gratis namun harus antri berjam-jam pun saya menolak ( mending tidur dah ).
Simpelnya begini, kalo anda tidak percaya sama tuh vaksin ya udah kaga usah pakai, tunggu aja buatan Pfizer atau yang lainnya biar tuh vaksin bekerja maksimal di badan anda. Tapi juga jangan anda anggap setelah divaksin otomatis kebal dan tercipta herd imunity bung!. Butuh waktu 200 tahun buat vaksin cacar dan 50 tahun vaksin volio untuk memusnahkan virus, dan dalam kurun waktu sekian lama vaksin tersebut sudah mengalami penyempurnaan- penyempurnaan.
Jangan ngomong jelek yang anda sendiri gagal paham, kecuali anda sendiri sudah pernah pakai dan terbukti hasilnya buruk kepada anda atau memang anda ahlinya dalam bidang vaksin boleh dah ngomong ( sekali lagi, jangan katanya- katanya atau copy paste yak) .
Itu termasuk fitnah, berapa banyak yang difitnah, sebut saja, para dokter, ilmuan, pemerintah, para peneliti, pemasok, distributor dll dan tak terhitung juga berapa banyak yang termakan fitnah oleh postingan anda. Yang akhirnya ragu dengan vaksin, eh malah mati sama covid. Dan yang kagak bakal anda bisa hitung, berapa banyak dosanya. Karena ajaran agama mengatakan fitnah lebih kejam dari pembunuhan.. .. Hihihi ngeri ya medsos..
Saya sebenarnya malas bikin opini yang begini, saya lebih suka bikin cerpen buat menghibur yang mau membaca cerpen saya atau artikel-olahraga yang jelas jujur dan apa adanya. ( Promo sedikit, silahkan kunjungi blog saya).
Bikin opini begini bikin pertikaian yang tidak ada habisnya, dan saya paling malas bertikai sama orang yang bodohnya sama kaya saya...hahahaha..
Tetap semangat, berfikir positif dan tetap laksanakan protokol kesehatan di manapun anda berada.
Artikel ini telah diterbitkan di Kompasiana, silahkan lihat di link berikut
https://www.kompasiana.com/fahruroziaisha5740/5ffd58698ede480f6e37cb92/info-penting-tentang-vaksin-sinovac-efektif-atau-tidak
Komentar
Posting Komentar